Post: Peneliti: Antibodi Covid-19 Hanya Bertahan 3 Bulan
Jakarta, CNBC Indonesia – Antibodi virus corona dapat bertahan hanya dua hingga 3 bulan setelah seseorang terinfeksi Covid-19, menurut sebuah studi baru yang diterbitkan Kamis (18/6) di Nature Medicine.
Sebelumnya, para peneliti telah memeriksa 37 orang tanpa gejala di Distrik Wanzhou, Cina. Mereka membandingkan respons antibodi mereka dengan 37 orang yang memiliki gejala. Para peneliti menemukan orang tanpa gejala memiliki respon antibodi yang lebih lemah daripada mereka yang memiliki gejala.
Baca juga: LIPI Uji Immunomodulator Lawan COVID-19
Dalam delapan minggu kemudian, 81% dari orang tanpa gejala mengalami penurunan antibodi penawar, dibandingkan dengan 62% dari pasien bergejala. Selain itu, antibodi turun ke tingkat yang tidak terdeteksi pada 40% orang tanpa gejala, dibandingkan dengan 12,9% orang dengan gejala, menurut penelitian itu.
Meskipun penelitian ini kecil, para peneliti mencatat temuan tersebut dapat memacu beberapa pemimpin dunia untuk memikirkan kembali apa yang disebut paspor imunitas. Beberapa negara telah mempertimbangkan menerbitkan paspor atau sertifikat bebas risiko kepada orang yang memiliki antibodi terhadap Covid-19. Ini untuk menentukan siapa saja yang boleh kembali beraktivitas normal setelah sembuh dari Covid-19.
Para ilmuwan mengatakan mereka masih belajar tentang aspek-aspek kunci dari virus, termasuk bagaimana sistem kekebalan tubuh merespon begitu seseorang terpapar. Jawabannya, kata mereka, mungkin memiliki implikasi besar untuk pengembangan vaksin, termasuk seberapa cepat dapat digunakan untuk umum.
Lantas apakah antibodi yang diproduksi sebagai respons terhadap Covid-19 dapat menawarkan perlindungan terhadap infeksi lagi? Para ilmuwan pun masih tidak yakin berapa lama kekebalan berlangsung jika antibodi memberikan perlindungan. Secara umum, antibodi yang membantu tubuh melawan infeksi diproduksi sebagai respons terhadap invasi partikel asing atau antigen. Vaksin bekerja dengan menginduksi sistem kekebalan untuk menghasilkan molekul-molekul ini.
Para pejabat kesehatan mengatakan tidak ada cukup data untuk menunjukkan bahwa antibodi coronavirus memastikan kekebalan terhadap virus. Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, mengatakan bahwa vaksin mungkin tidak memberikan kekebalan jangka panjang jika Covid-19 berperilaku seperti virus corona lainnya.
“Ketika Anda melihat sejarah virus corona yang umum menyebabkan flu biasa. Menurut laporan dalam literatur adalah bahwa daya tahan kekebalan yang melindungi berkisar antara tiga hingga enam bulan hingga hampir selalu kurang dari setahun. Itu tidak banyak daya tahan dan perlindungan,” kata Anthony Fauci.