Sejumlah Pasien Covid-19 Alami “Happy Hypoxia”, Apa Itu?

Sejumlah Pasien Covid-19 Alami "Happy Hypoxia", Apa Itu?
Ilustrasi pasien positif Covid-19, terinfeksi virus corona(Shutterstock)

KOMPAS.com – Sebuah pertanyaan kembali muncul dalam gejala yang dialami oleh sejumlah pasien Covid-19. Beberapa pasien yang tampak baik-baik saja tetapi memiliki kadar oksigen yang rendah, dapat mengalami ketidaksadaran hingga kematian. Melansir The Guardian, Minggu (3/5/2020), fenomena ini dikenal sebagai ” happy hypoxia”.

Kondisi “happy hypoxia” memunculkan pertanyaan kembali tentang bagaimana virus corona jenis baru ini menyerang paru-paru dan apakah ada cara yang lebih efektif untuk merawat pasien tersebut. Seseorang yang sehat biasanya memiliki saturasi oksigen setidaknya 95 persen. Namun, dokter melaporkan, ada pasien yang memiliki tingkat persentase oksigen sebesar 70-80 persen.

Bahkan, pada kasus yang drastis, di bawah 50 persen. “Kami melihat saturasi oksigen yang sangat rendah dan mereka tidak menyadarinya. Biasanya, kita tidak menemukan kondisi ini pada influenza atau pneumonia yang diderita masyarakat,” kata Dr Jonathan Bannard-Smith, seorang konsultan pada perawatan kritis dan anestesi di Manchester Royal Infirmary.

Sementara itu, Ahli Anestesi di Wythenshawe Hospital di Manchester, Dr Mike Charlesworth, mengatakan, belum dipahami lebih jauh mengapa kondisi ini terjadi. “Kami hanya tidak memahaminya. Kami tidak tahu apakah virus atau kondisi tersebut menyebabkan kerusakan organ yang tidak dapat dideteksi” kata Dr Mike Charlesworth, ahli anestesi di Wythenshawe hospital, Manchester. Charlesworth sendiri menjadi salah satu pasien positif Covid-19 pada Maret 2020.

Pasien alami tanda hipoksia

Sejumlah Pasien Covid-19 Alami "Happy Hypoxia", Apa Itu?
Ilustrasi pasien corona, virus corona, Covid-19(Shutterstock/Kobkit Chamchod)

Setelah merasa tidak enak badan disertai batuk dan demam, ia menghabiskan 48 jam di tempat tidur. Saat itu, kemudian muncul tanda-tanda hipoksia. “Saya mengirim pesan yang aneh di ponsel saya, sepertinya mengigau. Melihat kejadian tersebut, mungkin seharusnya saya datang ke rumah sakit. Saya yakin, kadar oksigen saya rendah,” kata Charlesworth.

Beberapa hari setelah itu, ia pun berhasil pulih. Namun, Charlesworth sadar bahwa tidak semua kasus berakhir positif seperti dirinya.  Seorang ahli anestesi lain di London Hospital juga menceritakan tentang seorang pasien yang merasa kedinginan.  “Ketika kami menempatkan stats probe padanya, saturasinya adalah 30 persen di udara. Kami jelas berpikir bahwa itu salah. Biasanya pasien cenderung mengalami serangan jantung hipoksia,” kata dia.

Baca juga: Selidiki Kenapa Pria Rentan Terinfeksi Corona, Ahli Lakukan Uji Hormon

Namun, saat sampel darah diambil, darahnya sangat gelap dan memiliki kadar oksigen yang setara dengan yang terlihat pada orang biasa dengan altitude tinggi. Pasien pun diberikan ventilator dan bertahan selama sekitar 1 minggu sebelum akhirnya meninggal.

Tidak dapat dijelaskan

Pengetahuan medis konvensional sendiri menjelaskan bahwa ketika pasokan oksigen turun, jantung, otak, dan organ vital lain menjadi berisiko dan efeknya dianggap sebagai kumulatif. Biasanya, pasien akan kehilangan kesadaran di bawah saturasi oksigen 75 persen. Namun, bukan penurunan kadar oksigen yang membuat orang merasa terengah-engah, tetapi karena tubuh merasakan peningkatan karbon dioksida.

Peningkatan tersebut biasanya terjadi secara bersamaan saat paru-paru tidak dapat membersihkan gas dengan efisien.  Akan tetapi, pada pasien Covid-19, respons ini tidak dapat dijelaskan. “Saya yakin tidak ada dari kita yang memperkirakan apa yang kita lihat saat ini dan dapat menjelaskannya dalam satu proses,” kata Bannard-Smith. Pembengkakan dan peradangan di paru-paru cenderung akan menyulitkan oksigen untuk masuk ke aliran darah. 

Ada juga bukti yang muncul bahwa Covid-19 dapat menyebabkan pembekuan darah.  Pembuluh di paru-paru, yang mengumpulkan oksigen dan memindahkannya ke aliran darah yang lebih luas, sangat kecil. Oleh karena itu, mereka dapat mengalami penyumbatan dengan adanya gumpalan terkecil sekalipun.

Uji klinis Sejumlah uji klinis pun melihat apakah pengencer darah dapat mencegah atau mengobati komplikasi dari Covid-19, termasuk masalah pernapasan dan oksigen darah rendah.  Beberapa orang juga berpendapat, dengan sering tidak disadarinya penurunan kadar oksigen, mereka yang menunjukkan gejala Covid-19 atau hasil tes positif harus dilengkapi dengan pulse oximeter.  Alat ini dipasang pada jari dan dapat digunakan untuk mendeteksi kadar oksigen.  Namun, hingga kini, belum ada bukti bahwa deteksi dini dari hipoksia akan membantu menghindari kondisi yang lebih parah.

Sumber: https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/05/070100065/sejumlah-pasien-covid-19-alami-happy-hypoxia-apa-itu?page=3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *