Post: Rusia Klaim Telah Temukan Vaksin Covid-19 di Tengah Kasus di Seluruh Dunia Tembus 20 Juta
MOSKWA, KOMPAS.com – Rusia klaim sebagai yang pertama menemukan vaksin Covid-19 di tengah kasus virus corona yang mencapai lebih dari 20 juta di seluruh dunia, membuat banyak dari ilmuan barat khawatir tentang pengembangannya karena durasi produksinya yang sangat singkat. Cemas, jika proses uji coba klinisnya tidak tuntas.
Baca juga: Relawan Uji Klinis Vaksin Covid-19 China Capai 1.020 Orang
Rusia mengklaim pada Selasa (11/8/2020), bahwa negaranya telah mengembangkan vaksin virus corona pertama di dunia yang menawarkan “kekebalan berkelanjutan”, ketika pandemi mendorong jumlah korban virus corona semakin meningkat hingga sampe menembus 20 juta di seluruh dunia. Para ilmuwan Barat menyampaikan kekhawatirannya tentang kecepatan Rusia mengembangkan vaksin virus corona, yang mencerminkan ada kemungkinan pemangkasan proses pengembangan yang semestinya.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa memperingatkan bahwa persetujuan apa pun terhadap vaksin virus corona asal Rusia akan memerlukan tinjauan data yang cermat untuk menunjukkan keamanan dan kemanjurannya. Menteri Kesehatan Rusia, Mikhail Murashko mengatakan bahwa uji klinis vaksin yang melibatkan beberapa ribu peserta akan terus berlanjut.
Melansir AFP pada Selasa (11/8/2020), Rusia berharap untuk memulai produksi pada September dan mulai memvaksinasi staf medis segera setelahnya. Kirill Dmitriyev, kepala dana kekayaan kedaulatan Rusia yang membantu mengembangkan vaksin virus corona, mengatakan keraguan tentang vaksin adalah bagian dari “serangan media yang terkoordinasi dan diatur dengan hati-hati” yang dirancang untuk “mendiskreditkan” negara.
Justru Dmitriyev mengatakan bahwa 20 negara asing telah memesan lebih dari 1 miliar dosis. Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa salah satu putrinya sendiri telah menerima inokulasi, yang dijuluki ” Sputnik V”, yang diambil dari satelit Soviet 1950-an. “Saya tahu itu (vaksin virus corona) cukup efektif, memberikan kekebalan yang berkelanjutan,” kata Putin tentang vaksin yang dikembangkan oleh lembaga penelitian Gamaleya bekerja sama dengan kementerian pertahanan Moskow.
Perlombaan untuk mendapatkan vaksin virus corona semakin memanas karena negara-negara di seluruh dunia bersiap untuk mengendalikan datangnya kasus baru virus corona, ketika semua negara mencoba memulai memulihkan ekonomi yang dilanda tekanan akibat lockdown selama berbulan-bulan. Menurut penghitungan AFP, jumlah infeksi yang dikonfirmasi di seluruh dunia telah melampaui 20,1 juta, dengan hampir 737.000 kematian, dengan jumlah itu diperkirakan akan melampaui 750.000 dalam beberapa hari.
Tes sedang berlangsung
Di lain tempat, Indonesia mengatakan akan meluncurkan uji coba vaksin virus corona, Sinovac Biotech dari China, Tahap 3 kepada manusia. Tahap 3 mengacu pada uji coba yang melibatkan sejumlah besar subjek uji manusia dan biasanya merupakan langkah terakhir sebelum persetujuan regulator. Vaksin Sinovac, yang dijuluki CoronaVac, sudah diujicobakan pada 9.000 petugas kesehatan Brasil.
WHO mengatakan bahwa 165 kandidat vaksin virus corona sedang dikerjakan di seluruh dunia, dengan 6 mencapai Fase 3. Namun, Direktur Darurat WHO, Michael Ryan memperingatkan bahwa penemuan vaksin virus corona tidak akan serta merta mengakhiri infeksi Covid-19. “Kami memiliki vaksin polio dan campak yang sangat efektif, dan kami masih berjuang untuk memberantas atau mengurangi ancaman penyakit-penyakit itu,” ujar Ryan, “Anda harus dapat memberikan vaksin itu kepada populasi yang ingin dan menuntut untuk mendapatkan vaksin itu,” ujarnya.
Gelombang kedua “tak terelakkan”
Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus telah menunjuk pada “harapan tunas hijau” di negara-negara yang telah berhasil menekan Covid-19, seperti Rwanda dan Selandia Baru. Namun, Selandia Baru pada Selasa melaporkan munculnya kasus infeksi virus corona yang ditularkan secara lokal pertama dalam lebih dari 100 hari, terlindung dari virus corona selama berbulan-bulan.
“Kami semua telah bekerja sangat keras untuk mencegah skenario ini, tetapi kami juga telah merencanakan dan mempersiapkannya,” ujarnya. Sejauh ini, Selandia Baru melaporkan 22 kematian akibat virus corona, meskipun pihak berwenang berulang kali memperingatkan gelombang kedua “tak terhindarkan”. Di Eropa, badan kesehatan UE mendesak negara-negara untuk mengembalikan beberapa kontrol ketika kasus baru mulai muncul lagi.
“Ada kebangkitan nyata dalam kasus-kasus (virus corona) di beberapa negara sebagai akibat dari tindakan physical distancing yang dilonggarkan,” kata Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC). Perancis telah bereaksi dengan mewajibkan pemakaian masker di daerah keramaian tertentu dan tempat-tempat wisata di ibu kota, Paris.
Beberapa kota besar dan kecil di Perancis telah menerapkan tindakan serupa, seperti halnya beberapa bagian Belgia, Belanda, dan Rumania. Di Spanyol, pihak berwenang telah memerintahkan pemakaian masker nasional di tempat-tempat umum dan beberapa daerah telah kembali lockdown.
Situasinya sekarang, “kritis, kami berada pada saat di mana segala sesuatunya bisa menjadi lebih baik atau lebih buruk,” kata Salvador Macip, seorang profesor kesehatan di Open University of Barcelona. Spanyol telah menambahkan rata-rata kasus virus corona 5.000 per hari selama seminggu terakhir. Angka kasus tersebut lebih dari gabungan angka Perancis, Inggris, Jerman, dan Italia.
Di Jalur Gaza, satu-satunya perbatasan kantong dengan Mesir dibuka untuk orang-orang yang ingin pergi untuk pertama kalinya sejak pandemi dimulai. Namun, beberapa penduduk takut meninggalkan wilayah yang tertutup rapat, yang hanya menampung 81 kasus. “Ada ketakutan terinfeksi Covid-19 di mobil atau bus di Mesir. Di Gaza, kami tidak punya masalah itu,” kata Hatem al-Mansi kepada AFP.
Setiap hari seperti hari terakhirku
Di China, kota Wuhan tempat virus corona pertama kali muncul telah kembali normal setelah lockwon dicabut pada April lalu. Proses bisnis berjalan lambat bagi pemilik kios di pasar makanan, sementara pameran bertema pandemi memamerkan jas hazmat bertanda tangan yang digunakan oleh pekerja medis.
China secara resmi mencatat sekitar 85.000 kasus virus corona dan lebih dari 4.600 kematian, sebagian kecil dari total dunia, dan sekarang sebagian besar wilayah China telah mengendalikan penyebaran virus domestiknya. Masih ada kekhawatiran akan merebaknya kembali infeksi virus corona, beberapa penduduk Wuhan sangat ingin menikmati pemulihan kota. “Sekarang saya menikmati setiap hari seolah-olah itu adalah yang terakhir. Saya tidak ingin terlalu khawatir,” kata Hu Fenglian.