Polusi Udara & Deforestasi Mengancam, Lebih Bahaya dari Covid
Pemanasan global menjadi suatu ancaman bagi umat manusia, tak terkecuali bagi Indonesia. Polusi udara dan deforestasi menjadi ancaman terbesar bagi masyarakat luas.
Baca juga : WHO Sorot ‘Keras’ Kasus Covid DKI – DoctorTool
Pada 2019 lalu, data terbaru yang dikumpulkan oleh IQAir dalam World Air Quality Report mengungkap peringkat kota-kota di dunia yang paling tercemar. Laporan itu membeberkan perubahan konsentrasi partikulat PM 2.5 di seluruh dunia sepanjang 2019. Dalam laporan tersebut, polusi akibat urbanisasi kota yang sangat cepat terjadi di wilayah Asia Tenggara.
Lebih lanjut, yang terbaru, laporan Air Quality Life Index 2021 menyebutkan kualitas udara di Indonesia terus memburuk akibat polusi udara. Polusi akibat pembangkit listrik batubara (PLTU) di yang diizinkan di Indonesia menjadi salah satu penyebab tingginya polusi udara di tanah air.
“Pembangkit listrik tenaga batu bara Indonesia saat ini diizinkan untuk memancarkan 3 hingga 7,5 kali lebih banyak partikel, NOx dan SO2 daripada pembangkit listrik tenaga batu bara China,” ujar laporan tersebut.
Selain laporan tersebut, studi terbaru juga menyebut deforestasi juga mengancam keberadaan bumi, termasuk Indonesia. Penggundulan hutan di Kalimantan menyebabkan kenaikan suhu hampir satu derajat Celcius dalam 16 tahun terakhir di Berau. Padahal, dunia baru memanas satu derajat Celcius lebih dari 150 tahun setelah era revolusi industri.
Kenaikan itu disebabkan oleh deforestasi atau pembukaan lahan hutan seluas 4.375 kilometer persegi (1.690 mil persegi) di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Sehingga, Berau kehilangan 17% tutupan pohon selama periode itu.
Penulis Nature Conservancy Nicholas Wolff mengatakan, perubahan semacam itu dalam waktu singkat sangat mengejutkan. Demikian dipaparkannya kepada AFP beberapa waktu lalu.
Tidak hanya Berau, imbas deforestasi juga berdampak kepada kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng) berpotensi diterjang dua bencana setiap tahun imbas deforestasi. Ketua Tim Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Arie Rompas mengatakan, ketika musim hujan, Palangka Raya sering terkena banjir. Namun, saat musim kemarau, kota ini juga dikepung kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Itu terjadi karena deforestasi di wilayah gambut termasuk pengeringan,” ujar Arie dikutip dari CNN Indonesia.
Menurut Global Forest Watch pada tahun 2001, Indonesia memiliki 93,8 juta hektar (230 juta hektar) hutan primer, yakni hutan purba yang sebagian besar tidak terganggu oleh aktivitas manusia. Besaran hutan purba tersebut bahkan disebut sama dengan luas area Mesir. Pada 2020, area tersebut telah berkurang sekitar 10%.
Sumber : Polusi Udara & Deforestasi Mengancam, Lebih Bahaya dari Covid (cnbcindonesia.com)