Membeludaknya Warga ‘Minggat’ dari Jabodetabek, Awas Omicron
Jelang Hari Natal dan Tahun Baru, biasanya terjadi peningkatan pergerakan masyarakat. Libur jelang akhir tahun dimanfaatkan warga untuk melepas penat atau beranjangsana ke keluarga dan handai taulan di luar kota. Namun sejak tahun lalu ada yang berbeda. Dunia sedang menghadapi masalah besar yaitu pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Pandemi membuat warga diimbau untuk #dirumahahja demi menekan risiko penyebaran virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut.
Baca juga : Efek Omicron Terhadap Ekonomi Indonesia Masih Menjadi Sorotan (doctortool.id)
Hampir dua tahun menahan rindu, yang begitu berat sehingga hanya Dilan yang bisa menanggungnya, masyarakat tidak kuat juga. Jelang Hari Natal tahun ini, masyarakat berbondong-bondong keluar rumah. Termasuk di Indonesia.
Mengutip Covid-19 Community Mobility Report keluaran Google, terlihat ada peningkatan kunjungan masyarakat ke lokasi transit (bandara, pelabuhan, stasiun, terminal, halte, dan sebagainya). Memang masih di bawah kondisi sebelum pandemi, tetapi tampak lebih ramai.
Pada 19 Desember 2021, tingkat kunjungan masyarakat Indonesia ke lokasi transit tinggal 3% di bawah hari-hari normal sebelum pandemi. Ini adalah tingkat kunjungan tertinggi sejak 13 Maret 2020. Joni Martinus, VP Public Relations PT KAI (Perseo), mengungkapkan bahwa pada 17-22 Desember 2021 terdapat 675.410 orang yang melakukan mobilitas dengan menumpang kereta api. Terdiri dari 327.183 orang untuk jarak jauh dan 348.227 orang jarak dekat.
“Total volume pelanggan itu mengalami peningkatan 26% dibanding dengan periode yang sama pada November 2021 yakni 538.092 pelanggan,” ungkap Joni.
Sementara PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JMSR) melaporkan pada 17-22 Desember 2021 terdapat 938.141 kendaraan meninggalkan Jabodetabek melalui jalan tol. Total volume lalu lintas meninggalkan Jabodetabek ini naik 7,8% dibandingkan lalu lintas November 2021 dengan total 870.371. Per 22 Desember 2021, indeks mobilitas dengan mengemudi di Indonesia ada di 132,44. Dalam sepekan hingga 22 Desember 2021, rata-rata indeks mobilitas dengan mengemudi ada di 143,23 per hari. Naik dibandingkan pekan sebelumnya yaitu 138,54 setiap harinya.
Indeks mobilitas di atas 100 menunjukkan pergerakan manusia sudah berada di atas situasi sebelum pandemi. Kali terakhir indeks mobilitas dengan mengemudi di bawah 100 terjadi pada 1 September 2021. Perkembangan ini tentu patut diwaspadai, karena pandemi belum berakhir. Apalagi sekarang muncul virus corona varian omicron. Varian yang awalnya terdeteksi di Afrika Selatan ini sudah menyebar ke puluhan negara, termasuk Indonesia.
Varian ini begitu cepat menyebar. Di sejumlah negara, varian omicron menyebabkan kasus positif corona harian naik berkali-kali lipat.
Di Amerika Serikat (AS), rata-rata kasus positif harian dalam seminggu hingga 22 Desember 2021 adalah 170.443 orang per hari. Melonjak dibandingkan rerata tujuh hari sebelumnya yaitu 123.325 orang. Dalam 10 hari terakhir, omicron sudah menjadi varian yang dominan di Negeri Paman Sam. Kasus harian naik dua kali lipat dibandingkan akhir bulan lalu.
Sementara di Inggris, rata-rata tambahan pasien positif corona dalam sepekan hingga 22 Desember 2021 adalah 91.026 orang per hari. Jauh lebih tinggi ketimbang rerata tujuh hari sebelumnya yaitu 57.046 orang.
“Saat ini pasien terinfeksi virus corona varian omicron mungkin hanya sekitar sepersepuluh dari angka yang dilaporkan,” sebut laporan Scientific Advisory Group for Emergencies di Inggris, seperti dikutip dari Reuters.
Akhir pekan lalu, Inggris melaporkan kasus positif omicron mencapai 24.968 orang. Bertambah lebih dari 10.000 orang dari hari sebelumnya.
“Tanpa langkah pencegahan, puncak pasien yang harus dirawat di rumah sakit bisa mencapai 3.000 orang per hari,” lanjut laporan Scientific Advisory Group for Emergencies.
Apa yang terjadi di AS dan Inggris tentu menjadi alarm bagi Indonesia, yang sudah ‘kebobolan’ varian omicron. Varian ini begitu cepat menyebar, hanya butuh hitungan hari untuk menjadi varian yang dominan. Apabila kontak dan interaksi antar-manusia meningkat, maka risiko penularan akan kian tinggi. Kalau tidak hati-hati, varian omicron juga akan menebar teror di Tanah Air.
Sumber : Membeludak! Warga ‘Minggat’ dari Jabodetabek, Awas Omicron (cnbcindonesia.com)