Kemenkes Gaungkan Makanan Protein Hewani Cegah Stunting

mendapatkan kekebalan melalui berbagai nutrisi. Credits: pexels.com by Alex Green

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia menggaungkan makanan kaya protein hewani seperti daging, telur, ikan dan susu untuk upaya pencegahan stunting. Makanan kaya protein hewani berhubungan langsung dengan stunting.

Pemberian makanan protein hewani, kata Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI Ni Made Diah, diberikan kepada balita mulai usia 6 bulan ke atas.

Baca Juga: Sepanjang 2022 Kemenkes Catat 6 Kematian Suspek Campak

Pada usia tersebut, anak sudah mendapatkan Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang pemberiannya dengan makanan kaya protein hewani.

“Terkait intervensi stunting, Kementerian Kesehatan memiliki tanggung jawab untuk intervensi spesifik. Artinya, yang terkait langsung dengan kesehatan. Fokus intervensi yang dipantau secara intensif mulai dari remaja, kemudian ibu hamil sampai dengan balita,” kata Diah menjawab pertanyaan Health Liputan6.com saat Media Briefing: Peringatan Hari Gizi Nasional 2023, “Protein Hewani Cegah Stunting” pada Jumat, 20 Januari 2023.

“Untuk balita, yang mana setelah lahir, kita perlu memerhatikan gizi balita mulai dari ASI eksklusif. Kemudian setelah 6 bulan, perlu makanan pendamping ASI yang kami gaungkan kaya protein hewani.”

Selanjutnya, balita dipantau pertumbuhan. Dalam pemantauan pertumbuhan juga dilihat seberapa besar kenaikan berat badan.

“Dengan penimbangan berat badan, kalau dia memiliki masalah kenaikan yang tidak adekuat, kemudian berat badannya kurang menurut umur, itu akan mendapat tata laksana dengan makanan tambahan,” terang Diah.

“Ketika nanti dia gizi buruk atau stunting, nanti dia mendapat perawatan di fasilitas kesehatan (faskes).”

Pemberian Tablet Tambah Darah

Pencegahan stunting pada kelompok remaja, Kemenkes melakukan pemberian tablet obat penambah darah. Upaya ini juga diberikan kepada ibu hamil demi mencegah anemia.

“Kami fokus untuk mencegah anemia dengan memberikan tablet tambah darah kepada remaja putri. Kemudian skrining hemoglobin dan pada sasaran ibu hamil, kami memberikan tablet tambah darah,” Ni Made Diah melanjutkan.

“Buat ibu hamil ini untuk mencegah anemia. Lalu skrining kehamilan sebanyak sedikitnya enam kali selama hamil.”

Adapun dampak anemia dapat menyebabkan para remaja putri mengalami berbagai kondisi, antara lain:

  • Penurunan imunitas sehingga lebih rentan terpapar berbagai penyakit infeksi
  • Penurunan konsentrasi belajar di kelas
  • Penurunan prestasi di sekolah
  • Penurunan kebugaran dan produktivitas kerja
Kurangi Potensi Anemia

Upaya pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) menjadi penting untuk diberikan untuk remaja putri dalam proses pertumbuhannya. 

Selain untuk meminimalisir potensi anemia yang berakibat terhadap kesehatan dan prestasi di sekolah, pemberian tablet tambah darah juga untuk mempersiapkan kesehatan remaja putri pada saat sebelum menjadi seorang ibu.

Pemberian TTD pada remaja putri ini untuk mencegah ibu nantinya melahirkan bayi dengan tubuh pendek (stunting) atau berat badan lahir rendah (BBLR), dikutip dari laman Direktorat Promosi Kesehatan Kemenkes.

Dengan minum TTD secara rutin, diharapkan mampu mengurangi potensi anemia dan lahirnya bayi dalam keadaan stunting dari para ibu di Indonesia, sehingga terciptanya generasi muda dan generasi penerus yang sehat serta mampu berdaya saing dapat terbentuk dengan maksimal.

Lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk membantu mendeteksi suatu penyakit sejak dini sehingga penyakit tersebut dapat dicegah dan mendapatkan penanganan pengobatan yang tepat sebelum penyakit berkembang. 

Sumber: Kemenkes Gaungkan Makanan Kaya Protein Hewani Cegah Stunting (liputan6)