3 Fakta ‘Triple Mutation’ COVID-19 di India yang Tak Terdeteksi Tes PCR
Jakarta – Tsunami COVID-19 di India dibayangi temuan strain baru COVID-19 dengan ‘triple mutation‘. Disebut-sebut bisa lolos deteksi tes PCR dan memicu gejala baru.
Baca Juga: Catat! Ini Formulir Pengajuan Klaim BPJS Kesehatan – DoctorTool
Meledaknya kasus COVID-19 yang disebut-sebut akibat euforia vaksin, selain juga karena ada sejumlah strain dan varian baru. Salah satunya mengandung ‘triple mutation’.
Negara bagian Maharashtra, Delhi, dan West Bengal diyakini mengalami ledakan kasus akibat mutasi ini.
Dikutip dari Jagran English pada Senin (26/4/2021), berikut fakta-fakta seputar “triple mutation” virus Corona yang ditemukan di India:
1. Turunan dari 2 varian Corona
Awalnya, varian B1617 ditemukan di Maharashtra, mengandung mutasi dari 2 varian virus berbeda yakni E484Q dan L452R sehingga disebut mutasi ganda (double mutation). Mutasi ketiga (triple mutation) adalah hasil evolusi dari mutasi ganda, yakni 3 strain COVID yang berbeda kemudian bergabung dan membentuk B1618.
Masalahnya, E484Q dan L452R disebut memiliki kemampuan lepas dari antibodi yang jauh lebih besar.
2. Lebih mudah menular
Peneliti di Council of Scientific and Industrial Research’s Institute of Genomic and Integrative Biology (CSIR-IGB) di New Delhi, Vinod Scaria menjelaskan, B1618 tumbuh pesat dalam hitungan bulan di Bengal Barat, bersamaan dengan varian ganda B1617.
Menurutnya, tingkat infeksi dan kemungkinan kematian akibat B1618 masih perlu dicari tahu lewat penelitian lebih lanjut. Namun sejauh ini, hanya 10 laboratorium di India yang mendalami genom virus.
“Ini adalah varian yang lebih menular. Ini membuat banyak orang sakit dalam hitungan waktu sangat cepat. Kami harus terus-menerus meneliti vaksin.. Kami perlu memahami penyakitnya,” imbuh profesor dari epidemiologi Universitas McGill, Madhukar Pai.
3. Bisa ‘escape’ dari vaksin
Virus bermutasi adalah hal normal. Beberapa mutasi melemahkan, namun beberapa jenis mutasi justru menguatkan virus sehingga penularannya menjadi lebih cepat.
“Karena virus menyebar dalam kecepatan waktu yang mengkhawatirkan, ada kemungkinan amat besar kami masih akan menemukan banyak varian lain dalam populasi kami. Beberapa dari varian ini menular (menyebar) lebih cepat, atau dengan tingkat keparahan dan lolos dari vaksin yang lebih besar,” ujar penanggung jawab laboratorium virologi klinis, Institut Ilmu Kedokteran Amrita, Kochi, dr Veena P Menon.
Meski begitu, hingga kini belum ada bukti B1618 menyebabkan gejala lebih parah pada pasien COVID-19. Namun bercermin dari varian B117, besar potensi triple mutation ini lebih mudah kabur dari imunitas yang dibentuk vaksin.
Sumber: 3 Fakta ‘Triple Mutation’ COVID-19 di India yang Tak Terdeteksi Tes PCR (detik.com)