Jakarta, CNN Indonesia — Covid-19 dan flu biasa sama-sama menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk mencium bau dan mengecap rasa. Penelitian terbaru menemukan perbedaan di antara keduanya. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Rhinology itu menemukan bahwa hilangnya kemampuan mencium bau dan mengecap rasa pada pasien Covid-19 bukan semata-mata disebabkan oleh hidung yang tersumbat. Lebih dari itu, menurunnya fungsi indera pencium dan pengecap merupakan efek dari virus SARS-CoV-2 pada otak dan sistem saraf.
“Kami tahu bahwa Covid-19 dan penyakit pernapasan lainnya berbeda. Misalnya, Covid-19 menyebabkan sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan yang dikenal sebagai badai sitokin dan dapat memengaruhi saraf,” ujar salah satu peneliti dari University of East Anglia’s Norwich Medical School, Carl Philpott, melansir CNN. Hal tersebut membuat para peneliti curiga bahwa pola hilangnya kemampuan mencium bau dan mengecap rasa pada Covid-19 dan flu biasa juga akan berbeda.
Baca juga: Kemenristek: Belum Ada Obat yang Spesifik Sembuhkan Pasien Covid-19
Philpott dan peneliti lainnya mempelajari fungsi indera penciuman dan pengecap rasa pada 10 pasien Covid-19, 10 pasien flu biasa, dan 10 orang sehat. Para peneliti menemukan, hilangnya kemampuan mencium bau dan mengecap rasa pada pasien Covid-19 lebih buruk secara signifikan dibanding pasien flu biasa. Pasien Covid-19 umumnya sangat kesulitan mendeteksi rasa manis dan pahit. “Sangat menarik bahwa Covid-19 tampaknya memengaruhi reseptor rasa manis dan pahit. Keduanya diketahui memainkan peran penting dalam kekebalan bawaan,” kata Philpott.
Para peneliti percaya bahwa hilangnya kemampuan mengecap rasa pada pasien Covid-19 tak hanya lebih parah, tapi juga disebabkan oleh mekanisme yang berbeda dalam sistem penciuman, yang bertanggung jawab atas indera penciuman. Temuan menunjukkan bahwa pasien Covid-19 mengalami kehilangan kemampuan untuk merasakan secara langsung, bukan kehilangan rasa secara tidak langsung karena indera penciuman yang terganggu.
Covid-19 diketahui dapat meningkatkan peradangan di seluruh tubuh. Peradangan, sebut peneliti, dapat merusak reseptor rasa. Peneliti menduga, virus SARS-CoV-2 dapat memengaruhi bagian batang otak yang terhubung dengan indera perasa. Dalam penelitian tersebut, pasien Covid-19 dan pasien flu biasa sama-sama melaporkan perbaikan dalam kemampuan mencium bau dan mengecap rasa. Namun, hanya 30 persen pasien Covid-19 yang melaporkan pemulihan total.
Para peneliti mengatakan, besar kemungkinan pasien Covid-19 akan mengalami hilangnya kemampuan mengecap rasa terus menerus meski virus telah hilang dari tubuh. Namun, perlu dicatat, penelitian ini tetap memiliki sejumlah keterbatasan, termasuk di antaranya jumlah sampel penelitian yang sangat sedikit. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk membuktikan hasil studi ini.
Kendati demikian, Philpott mengatakan bahwa tes bau dan rasa dapat membedakan Covid-19 dan flu biasa. Tes tersebut berpotensi menjadi alat skrining tambahan bagi mereka yang dicurigai terinfeksi virus corona. Sebelumnya, Center for Disease and Prevention Control (CDC) Amerika Serikat memasukkan hilangnya kemampuan mengecap rasa dan mencium bau sebagai salah satu daftar gejala Covid-19 yang harus diperhatikan. Gejala tersebut lebih umum terjadi pada kasus Covid-19 ringan atau sedang. Gejala juga cenderung muncul pada masa awal infeksi dan menjadi salah satu gejala awal Covid-19.