Post: Sama-sama Mewabah di Indonesia, Ini Beda Gejala DBD dan Covid-19

Sama-sama Mewabah di Indonesia, Ini Beda Gejala DBD dan Covid-19
Ilustrasi demam(Wavebreakmedia Ltd)

KOMPAS.com – Indonesia tengah diterpa cobaan berat dalam aspek kesehatan, karena DBD dan COVID-19 sama sama mewabah di Indonesia. Kepala Unit Penelitian Dengue di Eijkman Institute of Molecular Biology, Dr Tedjo Sasmono, mengatakan bahwa kasus DBD di Indonesia pertama kali ditemukan pada 1968. “Dulu kasusnya masih sedikit, namun sampai sekarang kasusnya sangat meningkat. Pada 1968, prevalensi pasien yang terkena DBD masih 0,05 per 100.000 jiwa. Namun pada 2016, meningkat sangat pesat menjadi 86 per 100.000 jiwa,” tuturnya kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

Bila virus corona ditularkan lewat transmisi antarmanusia, virus dengue penyebab DBD ditularkan lewat nyamuk Aedes aegepti dan Aedes albopictus. Spesies nyamuk yang terakhir itu juga merupakan penyebar virus Cikungunya dan Zika. “Dari hasil penelitian, Indonesia merupakan negara kedua dengan penderita DBD terbanyak di dunia setelah Brasil,” lanjut Tedjo. Di Indonesia, wabah DBD selalu berulang setiap tahun tepatnya pada musim hujan seperti sekarang.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto dalam konferensi pers di akun Youtube BNPB, Jumat (3/4/2020), berharap masyarakat bisa mencegah penyakit DBD dengan memberantas sarang nyamuk. “Jangan sampai ini memperburuk kondisi pandemi Covid-19. Lakukan pembersihan sarang nyamuk di rumah. Waktu kita cukup banyak berada di rumah,” ujar Yuri.

Baca juga: RS Tangani Covid-19, Wapres Minta BPJS Kesehatan Segera Bayar Tunggakan

Dr dr Leonard Nainggolan SpPD-KPT selaku Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menyebutkan kunci utama gejala DBD adalah demam mendadak. “Kunci utamanya (gejala DBD) adalah demam mendadak tinggi yang disertai dua atau lebih gejala lainnya,” tutur Leonard kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

Berikut beberapa gejala yang mengindikasikan penyakit DBD:
1. Demam tinggi mendadak
2. Sakit kepala
3. Pegal
4. Linu
5. Mual
6. Nyeri sendi
7. Bintik-bintik merah
8. Pendarahan di gusi
9. Mimisan
10. Sakit perut
11. Pendarahan di bawah kulit (memar)
12. Kerusakan pada pembuluh darah atau getah bening
Masa inkubasi dari infeksi virus dengue bisa terjadi dalam waktu 4-8 hari usai digigit oleh nyamuk perantara virus. Saat ini dengan alat-alat pemeriksaan terbaru untuk DBD, deteksi virus dengue sudah bisa dilakukan kurang dari 48 jam.

Gejala awal infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 mirip seperti gejala flu. Seperti demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Gejala bisa menjadi lebih berat setelah itu. Orang yang terinfeksi virus corona akan mengalami demam tinggi, sesak napas, dan nyeri dada.

Namun secara umum, ada tiga gejala yang menandakan seseorang terinfeksi virus SARS-CoV-2:
1. Demam dengan suhu tubuh di atas 38 derajat Celcius
2. Batuk
3. Sesak napas

World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa masa inkubasi bisa berlangsung hingga 14 hari.Baru-baru ini, peneliti menambahkan beberapa gejala yang mungkin terindikasi pada pasien Covid-19 seperti conjunctivitis (infeksi/ iritasi pada membran transparan mata sehingga menyebabkan mata merah), masalah pencernaan, lelah tanpa alasan, nyeri otot, juga sakit kepala.

Sumber: https://www.kompas.com/sains/read/2020/04/06/180315423/sama-sama-mewabah-di-indonesia-ini-beda-gejala-dbd-dan-covid-19

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *