Penulis Jawahir Gustav Rizal | Editor Inggried Dwi Wedhaswary
KOMPAS.com – Peneliti Oxford Max Roser mengungkapkan kekhawatirannya terhadap sejumlah negara dalam menghadapi pandemi virus corona jenis baru penyebab Covid-19. Ia menyebutkan sejumlah negara yang dinilainya mengkhawatirkan yaitu Amerika Serikat, Brazil, India, Afrika Selatan, Meksiko, Kolombia, Bangladesh, Argentina, Nigeria, dan Indonesia. Hal itu disampaikan Roser, yang juga founder ourworldindata.org, melalui akun Twitter-nya, @MaxCRoser.
Menurut Roser, negara-negara tersebut belum berhasil menurunkan kurva kasus positif Covid-19, yang terlihat dari jumlah kasus terkonfirmasi yang terus bertambah setiap hari. Selain itu, negara-negara tersebut juga dinilai tidak melakukan tes deteksi secara luas.
Baca juga: Penambahan Kasus Covid-19 Tertinggi dan “Lampu Merah” dari Presiden Jokowi
Angka positive rate tinggi Dalam grafik yang dibuat oleh Our World in Data, 10 negara yang disebut oleh Roser ditandai dengan garis warna merah, merah pekat, jingga, dan juga abu-abu. Secara sederhana, semakin merah warna sebuah negara, maka mengindikasikan angka positive rate yang tinggi. Artinya, jumlah pasti dari infeksi virus corona kemungkinan besar lebih tinggi dibandingkan jumlah kasus yang terkonfirmasi. Berikut adalah rinciannya:
1. Amerika Serikat (jingga): 3-10 persen positive rate
2. Brazil (abu-abu): tidak ada data tes
3. India (jingga): 3-10 persen positive rate
4. Afrika Selatan (merah pekat): lebih dari 20 persen positive rate
5. Meksiko (merah pekat): lebih dari 20 persen positive rate
6. Kolombia (merah): 10-20 persen positive rate
7. Bangladesh (merah pekat): lebih dari 20 persen positive rate
8. Argentina (merah pekat): lebih dari 20 persen positive rate
9. Nigeria (merah): 10-20 persen positive rate
10. Indonesia (merah): 10-20 persen positive rate.
WHO telah menyarankan sekitar 10-30 tes per kasus yang dikonfirmasi sebagai tolok ukur umum pengujian yang memadai. Sementara itu, 10 negara yang disebut Roser menemukan kasus positif untuk setiap 30 tes atau kurang. Di negara-negara yang melakukan sangat sedikit tes, banyak kasus cenderung tidak dilaporkan. Di negara-negara ini, jumlah kasus yang dikonfirmasi mengindikasikan hanya sebagian kecil dari jumlah total kasus sebenarnya. Berikut adalah rincian tes dilakukan per kasus Covid-19 yang baru dikonfirmasi:
1. Amerika Serikat: 12,17 tes
2. Brazil: – India: 10,24 tes
3. Afrika Selatan: 4,44 tes
4. Meksiko: 1,61tes
5. Kolombia: 5,53 tes
6. Bangladesh: 4,42 tes
7. Argentina: 3,09 tes
8. Nigeria: 8,00 tes
9. Indonesia: 6,90 tes.
Apa yang bisa dipelajari? Dengan melihat grafik tersebut, dapat diketahui meski tes yang dilakukan masih sedikit, tetapi angka positive rate cenderung tinggi. Artinya, bila kapasitas tes ditingkatkan, maka kasus yang dikonfirmasi juga akan meningkat. Dengan kata lain, perlu disadari bahwa jumlah kasus positif harian yang selama ini dilaporkan belum mencakup seluruh kasus yang ada.
Banyak kasus yang belum terkonfirmasi dan masih berkeliaran di luar sana. Hal ini juga disampaikan sejumlah ahli dan epidemiolog mengenai kasus virus corona di Indonesia. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko penularan, juga menjadi catatan penting bagi pemerintah tiap-tiap negara untuk meningkatkan kapasitas tes mereka.
Mengutip pernyataan Roser dari laman Our World in Data, tujuan utama dari penanganan pandemi virus corona sangat sederhana: nol kasus di seluruh dunia. “Virus tidak mengenal perbatasan negara. Bahkan pandemi influenza pada 1918 mencapai pulau-pulau terpencil dalam beberapa bulan, dan itu jauh sebelum adanya perjalanan udara global. Oleh karena itu, seluruh dunia perlu membuat kemajuan melawan virus jika kita ingin mencegah situasi di mana negara-negara harus mengunci diri dari sisa dunia atau menderita wabah Covid-19 yang berulang,” kata Roser.