Jakarta – Sebuah studi yang mempelajari pasien virus Corona COVID-19 di Italia menunjukkan anosmia atau hilangnya kemampuan indra penciuman dan perasa menjadi gejala virus Corona yang paling khas ditemukan. Penelitian yang dilakukan pada Mei 2020 ini dipublikasikan di jurnal JAMA.
Baca juga: Peningkatan Pasien Covid-19 dan Metode Pemulihan di RSD Wisma Atlet
Pada awal virus Corona COVID-19 menginfeksi, beberapa gejala seperti batuk, demam, dan sesak napas menjadi pertanda yang perlu untuk diwaspadai. Meski demikian, tidak semua gejala tersebut mengarah pada infeksi virus Corona. Terlebih, saat musim pancaroba membuat kondisi tubuh menurun dan menimbulkan gejala yang serupa. Apalagi, gejala COVID-19 memiliki kemiripan dengan penyakit flu.
Dilansir dari laman Times of India, merujuk studi JAMA skala luas pada bulan Mei 2020 soal temuan anosmia sebagai gejala Corona yang paling khas, virus ini disebut menyerang indera penciuman dan memblokir fungsi vitalnya untuk sementara.
Tidak hanya pasien yang memiliki gejala, anosmia juga kerap terjadi pada mereka yang asimptomatik atau tidak bergejala. Kehilangan penciuman juga dapat terjadi pada pasien yang memiliki gejala atipikal atau asimtomatik. Orang yang mengalami gangguan indra penciuman dapat bertindak sebagai pembawa virus tanpa gejala dan menularkan penyakit, yang bisa meningkatkan risiko infeksi.
Mulai kini, disarankan untuk tidak lagi menyepelekan anosmia. Bahkan pada kasus flu akut, gejala anosmia jarang terjadi. Namun pada COVID-19, anosmia bisa terjadi lebih parah tanpa ada hidung tersumbat.
Hal tersebut sejalan dengan studi skala kecil di Amerika Serikat (AS), oleh Arnold Monto, ahli epidemiologi di University of Michigan School of Public Health dan Carl Philpot, ahli THT (Telinga-Hidung-Tenggorok) di University of East Anglia studi ini meneliti perbedaan antara flu dan COVID-19.
Sebanyak 30 orang menjalani untuk tes rasa dan bau. Mereka dibagi atas tiga kelompok antara lain 10 orang telah didiagnosis COVID-19, 10 orang menderita flu parah, dan 10 orang sehat.
Keduanya menemukan, kelompok dengan COVID-19 rentan mengalami kehilangan kemampuan membau dan mengecap. Sedangkan pada kelompok dengan flu parah tercatat hanya 4 orang yang tidak bisa mengenali bau dan rasa.
Meski demikian studi ini memiliki kekurangan karena tidak ada alat deteksi anosmia yang diakui. Peneliti pun berkata mungkin anosmia bukan satu-satunya gejala yang mesti diwaspadai tetapi bisa dijadikan deteksi dini sederhana di rumah.