Saat Libur Panjang Diduga Jadi Penyebab Meledaknya Kasus Covid-19 di Indonesia

Saat Libur Panjang Diduga Jadi Penyebab Meledaknya Kasus Covid-19 di Indonesia
Ilustrasi virus corona, Covid-19, pasien virus corona(Shutterstock/Anton27)

Penulis Dani Prabowo | Editor Dani Prabowo

JAKARTA, KOMPAS.com – Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat positivity rate kasus Covid-19 di Indonesia pada Agustus 2020 mencapai 15,3 persen. Positivity rate yang tercatat itu merupakan yang tertinggi sejak kasus Covid-19 di Indonesia diumumkan pemerintah pada 2 Maret lalu. Tingginya positivity rate ini juga turut menjadi indikasi bahwa laju penularan virus corona di tengah masyarakat masih cukup tinggi.

“Positive rate pada bulan Agustus menjadi tertinggi yaitu 15,3 persen dibandingkan bulan-bulan sebelumnya,” ungkap Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati dalam rapat koordinasi virtual, Senin (31/8/2020). Dalam catatan Satgas, positivity rate di Indonesia sebesar 13,98 persen. Kemudian, turun menjadi 10,81 persen pada Mei 2020. Sementara, pada Juni tercatat naik menjadi 11,79 persen. Kenaikan kembali terjadi pada Juli 2020 menjadi 13,36 persen. “Artinya kita juga lihat bahwa di sini beberapa bulan sebelumnya tidak setinggi itu (Agustus),” ucapnya.

Libur panjang

Tingginya positivity rate berbanding lurus dengan laju pertumbuhan kasus positif Covid-19 secara nasional. Bahkan dalam kurun empat hari terakhir, Satgas Covid-19 mencatat penambahan kasus positif Covid-19 menembus rekor sebelumnya. Pada 27 Agustus, misalnya, penambahan kasus positif harian mencapai 2.719 kasus. Ini merupakan rekor penambahan kasus terbanyak setelah sebelumnya mencapai 2.473 kasus pada 7 Agustus.

Sehari kemudian, rekor tersebut dikalahkan setelah kasus positif harian bertambah hingga 3.003 kasus pada 28 Agustus. Namun selanjutnya, kasus kembali bertambah naik menjadi 3.308 orang pada 29 Agustus. Menurut Ketua Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, penambahan kasus positif yang cukup masif dalam tiga hari terakhir tidak terlepas dari libur panjang sepekan sebelumnya.

Pertama, peringatan HUT ke-75 RI yang diperingati setiap 17 Agustus. Peringatan hari kemerdekaan RI itu kebetulan jatuh pada hari Senin. Kedua, libur Tahun Baru Hijriyah yang jatuh pada 20 Agustus serta diikuti libur cuti bersama pada 21 Agustus dan libur akhir pekan.

Baca juga: 6 Fakta Mutasi Virus Corona D614G, Paling Menular dan Dominan di Dunia

“Mayoritas penambahan kasus baru, ketika dilacak terjadi di tanggal penularan 16 sampai 22 Agustus. Ini saat long weekend, tingkat penularan cukup tinggi pada periode tersebut,” kata Wiku seperti dilansir dari Antara. Hal senada pun disampaikan oleh epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono. Mobilitas tinggi masyarakat saat libur panjang disinyalir menjadi alasan masifnya pertumbuhan kasus baru. “Sebab saat liburan panjang itu ternyata penduduk jalan-jalan. Sejak awal PSBB sudah begitu banyak (mobilitas) yang distop. Lalu saat liburan panjang orang mudik, bepergian dan sebagainya,” kata Pandu saat dihubungi Kompas.com, Jumat (28/8/2020).

Tindak tegas

Laju pertumbuhan kasus positif sebenarnya dapat dikendalikan bila saat melaksanakan kegiatan mobilitas masyarakat menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Misalnya, dengan menggunakan masker, menjaga jarak saat berkomunikasi, hingga menerapkan pola hidup bersih dan sehat usai beraktivitas. Namun pada kenyataannya protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah belum sepenuhnya dijalankan dengan baik dan benar oleh masyarakat.

Oleh sebab itu, Wiku mengimbau, agar para stakeholder baik di tingkat pusat maupun daerah dapat menegakkan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2020 tentang Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan, lebih ketat. “Menginstruksikan lintas kementerian/lembaga, TNI-Polri, pemerintah daerah mengambil langkah penting untuk bisa menegakkan disiplin masyarakat, mulai dari persuasif hingga denda dan sanksi,” kata Wiku seperti dilansir dari Antara.

Dalam banyak kasus, tidak sedikit individu yang tidak menyadari bahwa mereka telah tertular virus corona. Hal itu disebabkan karena mereka tidak merasakan sakit atau muncul gejala-gejalan layaknya sakit Covid-19 pada umumnya. Individu tersebut dapat berpotensi menularkan ke satu hingga dua orang lain.

Jika kondisi ini terus terjadi, maka kasus positif Covid-19 tentu terus bertambah dan susah dikendalikan. Pandu pun mencontohkan kondisi terkini kasus Covid-19 di DKI Jakarta. Semula, di DKI kondisi penanganan Covid-19 sudah terbilang membaik. Bahkan, kasus penularan cenderung bergerak ke kondisi melandai hingga turun.

“Sekarang jadi batal landai. Malah meningkat terus sampai sekarang dan tidak bisa lagi dikendalikan. Ini yang jadi masalah, kenapa? Sebab selalu terjadi mobolitas penduduk,” ucap Pandu. Untuk diketahui, pada Minggu (30/8/2020) kemarin, jumlah penambahan kasus harian yang terdapat di provinsi yang dipimpin oleh Gubernur Anies Baswedan ini mencapai 1.094 kasus.

Penambahan kasus ini mengalahkan rekor sebelumnya yang tercatat pada 8 Agustus yaitu sebanyak 869 kasus dalam sehari. Kemudian, pada 31 Agustus tercatat penambahan kasus di DKI Jakarta mencapai 1.049 kasus dalam sehari. Itu berarti, dalam dua hari terakhir terdapat penambahan lebih dari 1.000 kasus di Ibu Kota.

Pandu pun memprediksi bahwa penambahan kasus positif di DKI Jakarta yang tinggi akan bertahan hingga sepekan kemudian. “Yang mudik, yang balik ini ternyata banyak sekali. Kemudian liburan panjang selama sepekan berturut-turut. Diperkirakan kondisi penularan tinggi ini akan sampai minggu depan, bahkan lebih,” tuturnya.

Sumber: https://nasional.kompas.com/read/2020/09/01/09164191/saat-libur-panjang-diduga-jadi-penyebab-meledaknya-kasus-covid-19-di?page=all

Categories
Archives