Penulis Bestari Kumala Dewi | Editor Bestari Kumala Dewi
KOMPAS.com – Salah satu hal tersulit dalam menghadapi novel coronavirus penyebab Covid-19 adalah melacak potensi gejala baru dan kaitannya dengan kondisi lain. Misalnya saja, sebuah studi baru menunjukkan gejala tumpang tindih antara virus corona dan kondisi mata seperti konjungtivitis, atau yang lebih dikenal sebagai mata merah. Ahli optometri Alexandra Williamson, OD, menjelaskan tentang penelitian tersebut dan kemungkinan hubungan antara virus corona dan mata yang teriritasi.
Hubungan mata merah dan virus corona
Sebelum mengkhawatirkan potensi hubungan antara mata merah dan covid-19, penting untuk dipahami bahwa sudah ada tautan sebelumnya. “Ada hubungan yang ditunjukkan dengan baik antara infeksi virus pernapasan dan jenis tampilan mata merah,” catat Dr. Williamson.
Baca juga: Kemenkes Uji Klinik Terapi Plasma Konvalesen untuk Penanganan Covid-19
“Konjungtivitis terjadi pada infeksi virus, tetapi bisa juga ada gejala mata lainnya seperti berair atau kemerahan, karena anak-anak yang lebih kecil biasanya akan menggosok mata ketika mata mereka teriritasi.” Ia menambahkan, secara anatomis, mata terhubung ke saluran hidung melalui saluran nasolakrimal, di mana air mata kita mengalir ke dalam sinus. Dan koneksi itu memungkinkan virus menyebabkan masalah di kedua tempat tersebut.
Tidak jarang, kata Dr. Williamson, serangkaian infeksi virus dari flu biasa hingga campak atau bahkan Covid-19 menunjukkan hal yang sama. Namun, Covid-19 menjadi lebih rumit, karena efeknya pada setiap orang berbeda, baik pada pasien yang terinfeksi tanpa menunjukkan gejala atau mereka yang terinfeksi hingga sakit parah.
Studi tersebut mengamati 216 anak yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 di Wuhan, China selama tahap awal pandemi, antara akhir Januari hingga pertengahan Maret 2020. Dari anak-anak itu, 49 anak (22,7%) menunjukkan manifestasi mata, termasuk konjungtiva, menggosok mata, dan konjungtiva kongesti.
Sebanyak 123 anak dalam penelitian ini mengalami berbagai gejala Covid-19 dan 36 anak dari mereka (atau 29,3%) juga mengalami masalah mata. Sedangkan, 93 anak (atau 43%) dari anak-anak yang tanpa gejala, hanya 13 (atau 14%) yang menunjukkan gejala mata merah. “Mereka menemukan, sebagian besar anak yang memiliki masalah mata merah, juga menunjukkan gejala seperti demam atau batuk,” kata Dr. Williamson.
Studi ini juga mencatat, bahwa peningkatan jumlah masalah mata pada pasien anak-anak dibandingkan pasien dewasa dapat dikaitkan dengan sejumlah penyebab lain, seperti peningkatan kontak tangan ke mata. Itu juga menguraikan keterbatasan lain dari penelitian, termasuk kurangnya pemeriksaan tatap muka dengan anak-anak, karena virus corona.
Sehingga, sulit untuk mengumpulkan deskripsi gejala yang rinci pada beberapa pasien yang berusia lebih muda, karena umumnya mereka sulit menggambarkan apa yang sebenarnya mereka rasakan. Dengan kata lain, penelitian tersebut menunjukkan ada suatu gagasan bahwa ada kemungkinan hubungan antara Covid-19 dan masalah mata. Namun, seperti banyak aspek lain dalam virus corona, penelitian lebih lanjut masih diperlukan.
Dr. Williamson berkata bahwa kita perlu mengingat batasan studi dan peringatan penulis. Sangat penting untuk tetap mengingat konteks penelitian saat mencerna temuan. “Para dokter dalam penelitian ini melihat catatan grafik, bukan langsung pada pasien saat mengumpulkan data. Dan mereka tidak berada dalam pengaturan dokter mata tradisional dengan peralatan pemeriksaan mata khusus, “catat Dr. Williamson. Dia juga menekankan adanya kemungkinan koinfeksi. Menurutnya, ada kemungkinan pasien-pasien tersebut sudah terinfeksi mata merah atau virus lain lebih dulu, sehingga bukan Covid-19 yang menyebabkan mereka mengalami gejala tersebut