G20 Bali: Bahas Penanggulangan hingga Pencegahan Pandemi Global

Dr. Rizka Andalusia, Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Foto: Luthfi Humam/kumparan

Kemenkes telah menyelesaikan pertemuan dalam lanjutan G20 di Bali. Dalam pertemuan tersebut, kelompok 3 berfokus pada perluasan pusat manufaktur dan penelitian global untuk pencegahan pandemi.

Baca Juga: Health Information System di Negara Berkembang Menjadi Tantangan

Pertemuan internasional tersebut dihadiri dari negara-negara yang tergabung dalam G20, negara undangan atau negara yang diundang di luar g20, yaitu ada UEA, Singapura, Belanda, Fiji dan Kamboja.

Pertemuan tersebut telah berlangsung selama dua hari, yakni pada tanggal 22 – 23 Agustus di Bali dalam agenda presidensi G20 Bali. Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Dr. Rizka Andalusia mengatakan, capaiannya adalah negara-negara dapat melakukan riset maupun memproduksi vaksin, terapeutik, dan diagnostik, khususnya dalam menghadapi pandemi.

“kalau ada kondisi-kondisi darurat yang lain, itu semua negara memiliki kapasitas yang sama dalam melakukan riset maupun manufacturing untuk vaksin, terapeutik, dan diagnostik,” Ujar Rizka dalam rilis hari Selasa (23/8) secara virtual.

Kegiatan pertemuan yang sudah berlangsung dua hari tersebut, membahas pemaparan dari negara-negara, kemudian dilanjutkan dengan merangkum apa yang menjadi masukan-masukan dan membuat konsep note. Usulan-usulan tersebut menghasilkan 3 hasil yang diharapkan, yakni:

1. untuk membangun pusat manufaktur dan pusat penelitian kolaboratif untuk memperluas kapasitas produksi vaksin, terapeutik, dan diagnostik (VTD) pengembangan global

2. untuk berbagi mekanisme dan menyelaraskan regulasi pembangunan kapasitas global untuk memastikan percepatan ketersediaan VTD selama keadaan darurat kesehatan masyarakat, dan

3. untuk mendapatkan prinsip-prinsip yang dapat disepakati dan pembentukan kolaborasi VTD untuk mendukung di antara negara-negara G20.

Usulan tersebut juga didukung oleh negara-negara G20 serta organisasi kesehatan internasional. “Semua negara dan juga organisasi internasional mendukung inisiatif ini. Tetapi tentunya ada diskusi dan catatan yang membahas bagaimana pelaksanaannya nanti dan bentuk konkretnya seperti apa, dan sebagainya,” Rizka mengatakan.

Nantinya, usulan tersebut akan difinalisasi sebelum menjadi dokumen deklarasi pada health admister meeting yang akan dilaksanakan pada tanggal 27 -28 Oktober mendatang.

Dana, Tantangan, dan Target Realisasi Manufaktur VTD

Inisiatif dan usulan membangun manufaktur global untuk vaksin, terapeutik, dan diagnostik ini direncanakan akan mulai direalisasikan setelah mendapat persetujuan saat health admister meeting. Lebih lanjut, Rizka juga mengatakan, Kemenkes lewat G20 ini akan berdiskusi dengan India sebagai presidensi G20 selanjutnya.

“Kami memperkirakan pada health admister meeting itu setelah disetujui. Kami mencoba untuk membuat kesepakatan dan juga kami juga diskusi dengan India, India akan melanjutkan presidensi g20 selanjutnya. Jadi realisasi VTD ini akan diimplementasikan secepatnya setelah persetujuan dari health admister meeting,” ungkap Rizka.

Terkait pendanaan pelaksanaan kegiatan ini, Rizka masih enggan untuk menyebut berapa nominal yang dibutuhkan. Namun, ia menyebut telah mendapat dukungan dari beberapa lembaga internasional untuk mendukung kegiatan tersebut, khususnya dalam pendanaannya.

“Kalau besarannya kita tidak dapat mengatakan besarannya berapa, tapi memang beberapa negara juga mengingatkan jika dilaksanakan fundingnya dari mana, tetapi alhamdulillah kita mendapatkan dukungan dari beberapa lembaga internasional untuk mendukung dalam bidang funding ini,” lanjutnya.

Usulan tersebut tentunya akan dihadapkan dengan konsistensi para pemimpin negara masing-masing dalam mengambil arah kebijakan negaranya masing-masing. Yang menjadi kekhawatiran adalah adanya inkonsistensi para pemimpin negara yang notabene memiliki periode masa jabatan. Selain itu, usulan ini juga akan menghadapi tantangan krisis global yang sedang melanda dunia.

“Memang ada beberapa pernyataan terkait krisis global ini, tapi dari awal pak menkes telah menyusun global lebih technical implementation. Jadi karena ini lebih teknis, pengaruh dari krisis global tidak terlalu besar karena ini lebih teknis jadi tidak terpengaruh dengan politik dan lainnya,” terang Rizka.

Rizka juga menyebut posisi Indonesia memiliki posisi yang cukup kuat dalam kepemimpinan presidensi G20 ini. Hal tersebut ditunjukkan dari masukan-masukan dan dukungan dari negara yang tergabung dalam G20. Rizka juga berharap program manufaktur VTD global ini agar terus bergulir.

“posisi kita cukup kuat. Hal ini dapat terlihat dari negara-negara g20 untuk memberikan masukan dan mendukung inisiatif kita. Kita berharap hal ini tidak berhenti sampai keketuaan presidensi g20 ini, tapi bergulir untuk next keketuaan g20 selanjutnya, jadi kita buat program yang substainable,” pungkasnya.

Sumber: Kemenkes di G20 Bali: Bahas Penanggulangan hingga Pencegahan Pandemi Global (kumparan.com)

Categories
Archives