Jakarta, CNN Indonesia —
Dokter spesialis paru dari Divisi Infeksi Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Erlina Burhan membeberkan rapid test antigen lebih akurat dibandingkan rapid test antibodi untuk deteksi virus corona. Rapid tes antigen bahkan diproyeksikan akan menggantikan rapid test antibodi.
Kedua rapid test sama-sama menghasilkan hasil yang cepat dalam waktu kurang lebih 30 menit. Perbedaannya, rapid tes antigen mendeteksi keberadaan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, bukan mendeteksi antibodi tubuh terhadap penyakit Covid-19.
Baca juga: Studi: Flu Biasa Melatih Sistem Kekebalan Tubuh Mengenali Covid-19
Oleh karena itu rapid tes antigen lebih akurat dibandingkan rapid tes antibodi. Sebab antibodi terkadang belum muncul di awal-awal seseorang terjangkit Covid-19, sehingga terjadi false negative (hasil negatif padahal sebetulnya pasien terinfeksi). Jadi apabila antibodi belum terbentuk ketika orang terjangkit Covid-19, hasil rapid test akan mengeluarkan hasil negatif.
“Swab antigen atau rapid tes antigen ini diproyeksikan untuk gantikan rapid tes antibodi karena antigen ini memiliki akurasi lebih baik dibandingkan rapid tes antibodi. rapid antigen ini sama cepatnya dengan sudah ada hasil,” kata Erlina saat dihubungi CNNIndonesia.com, Minggu (9/8).
Dalam hal ini, Erlina menjelaskan rapid tes antigen berbeda dengan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) meski sama-sama menggunakan metode swab. Oleh karena itu, Erlina meminta jangan sampai metode swab ini disamakan sebagai tes PCR. Erlina mengaku swab antigen pada hasilnya lebih akurat dibanding tes PCR.
Rapid tes antigen tetap membutuhkan metode swab dari hidung atau tenggorokan untuk mengambil sampel Antigen adalah protein yang dikeluarkan oleh virus, termasuk Covid-19. Antigen dapat terdeteksi ketika ada infeksi yang sedang berlangsung di tubuh seseorang. Karena itu, rapid test antigen dapat mendeteksi keberadaan antigen virus corona pada orang yang sedang mengalaminya.
“Yang diambil adalah swab hidung atau tenggorokan dan ini dimasukkan ke dalam alat dan melihat reaksi antigen Covid-19. Jadi virusnya yang dideteksi adalah bagian luar virus,” tutur Erlina. Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio juga mengakui bahwa antigen lebih akurat dari antibodi. Sebab antigen langsung merepresentasikan keberadaan virus di dalam tubuh.
“Jadi, swab antigen seperti rapid test, tapi yang dideteksi itu antigen. Tentu kalau bisa mendeteksi antigennya, itu memang lebih baik daripada mendeteksi antibodi. Karena antigen itu langsung mewakili virusnya,” ujar Amin. Saat ditanya mengapa pemerintah lebih gencar mengadakan rapid tes antibodi daripada antigen, Erlina mengatakan tes antibodi telah lebih dahulu digunakan dibandingkan antigen.
Erlina mengatakan Korea Selatan di sisi lain telah menggunakan rapid test antigen untuk melakukan pendeteksian dini dan dilanjutkan dengan tracing kasus. Korea Selatan (Korea Selatan) dianggap sebagai negara yang tergolong berhasil meredam penyebaran Covid-19. Korsel sempat masuk salah satu negara dengan kasus terbanyak pada akhir Maret 2020.
Tapi, setelah empat bulan kemudian, Korsel mampu meningkatkan angka pasien yang sembuh dan menurunkan laju penyebaran. Negeri Ginseng itu sukses melandaikan kurva pertumbuhan Covid-19. Pemerintah Korsel melalui KCDC (Korean Centers for Disease Control and Prevention) merespons cepat dan terstruktur dalam menemukan pasien positif Covid-19. “Teknologi antigen baru ada. duluan antibodi. Ini ada yang dari Korea Selatan,” kata Erlina.
PCR tetap gold standard
Erlina mengingatkan PCR tetap merupakan standar tertinggi atau gold standard pendeteksian Covid-19 meski rapid test antigen menawarkan akurasi yang tinggi dibandingkan rapid test antibodi. Sebab rapid test antigen tetap merupakan rapid tes dengan tingkat akurasi yang lebih rendah dibandingkan PCR.
Erlina menjelaskan penelitian di Belgia menunjukkan deteksi dari rapid test antigen adalah 105 kali lebih kurang sensitif dibandingkan dengan pemeriksaan RT PCR. Namun patut diingat, hasil test PCR memakan waktu beberapa hari dibandingkan rapid test yang membutuhkan waktu 30 menit.
Pemeriksaan antigen hanya mendeteksi antara 11,1 persen hingga 45,7 persen yang positif dibandingkan dengan yang positif dari RT-PCR. Sehingga antigen lebih sering menghasilkan false negatif. “Kalau PCR ini deteksi semua bagian virus, kalau antigen ini bagian luar virus saja saja. Akurasi memang tetap di bawah PCR yang masih gold standard,” ujar Erlina.
Amin menjelaskan secara garis besar, terdapat dua macam tes untuk mengetahui apakah seseorang mengidap Covid-19. Yang pertama, tes swab dan yang kedua adalah tes kilat antibodi atau belakangan dikenal dengan rapid test. Tes swab dilakukan dengan cara mengambil sampel pada bagian hidung atau tenggorokan. Lalu, sampel tersebut dikirim ke laboratorium untuk ditemukan tanda-tanda materi genetika virus.
Selanjutnya, dilakukan tes diagnostis menggunakan sampel atau swab untuk dianalisa di laboratorium memakai polymerase chain reaction (PCR) dengan tingkat akurasi tinggi. Namun, tes swab PCR membutuhkan beberapa hari untuk mengetahui hasilnya. Selain itu, harga untuk tes swab tergolong mahal, berkisar dari Rp 1,5 juta hingga Rp 5 juta.
Erlina mengatakan tes swab antigen bisa menjadi metode lain sebagai alat uji yang juga kilat namun lebih akurat. Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Cabang Jakarta periode 2017-2020 dan periode 2015-2017 ini berharap swab antigen dapat menjadi pilihan dalam mengatasi penyebaran Covid-19 di Indonesia. Erlina sepakat apabila pemerintah menyediakan rapid tes antigen untuk melakukan pendeteksian dini Covid-19. “Sepakat jika pemerintah menyediakan,” tutupnya.