Penulis Gloria Setyvani Putri | Editor Gloria Setyvani Putri
KOMPAS.com – Memori sistem kekebalan tubuh dapat menjelaskan kenapa beberapa orang yang terinfeksi Covid-19 memiliki gejala yang lebih ringan. Menurut penelitian terbaru, infeksi seperti flu atau pilek yang umum dapat melatih sistem kekebalan tubuh untuk mengenali virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Baca juga: Rambut Rontok Termasuk Gejala Covid-19?
Studi yang terbit Selasa (4/8/2020) dalam jurnal Science menemukan bahwa sel-sel kekebalan yang dikenal sebagai sel T mengenali jenis virus corona yang menyebabkan flu biasa. Tak hanya mengenali virus corona yang menyebabkan flu biasa, tapi ahli juga menemukan bahwa sel T dapat mengenali virus corona yang lebih spesifik seperti SARS-CoV-2.
Selain itu, sel T juga dapat mengenali bagian dari protein spike yang berfungsi mengikat dan menyerang sel manusia. Memori sistem kekebalan ini mungkin dapat menjelaskan kenapa ada orang yang terinfeksi Covid-19 tapi gejalanya lebih ringan dibanding yang lain. Namun penulis menekankan, hipotesis ini sangat spekulatif dan membutuhkan banyak penelitian untuk memastikannya.
Ini karena tidak diketahui secara pasti seberapa besar peran sel T dalam melawan Covid-19. Sel T hanyalah satu bagian dari kumpulan molekul dan sel kompleks yang membentuk sistem kekebalan kita. “Kami sekarang telah membuktikan bahwa pada beberapa orang, memori sel T yang sudah ada sebelumnya dapat mengenali SARS-CoV-2 hingga ke struktur molekul yang tepat,” kata salah satu penulis utama studi Daniela Weiskopf, asisten profesor di La Institut Imunologi Jolla di La Jolla, California.
Ada kemungkinan bahwa reaktivitas kekebalan dapat diterjemahkan ke tingkat perlindungan berbeda terhadap Covid-19. “Dengan memiliki respons sel-T yang kuat atau respons sel-T yang lebih baik, dapat memberi Anda kesempatan untuk meningkatkan respons sistem kekbalan tubuh yang jauh lebih kuat dan cepat,” kata rekan penulis studi Alessandro Sette, seorang profesor di La Jolla Institute for Immunology dilansir Live Science, Kamis (6/8/2020). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen orang yang tidak pernah terpajan Covid-19, tetap memiliki sel T yang mengenali SARS-CoV-2.
Kemampuan ini telah terlihat pada orang-orang di berbagai negara, termasuk Belanda, Jerman, Inggris, dan Singapura. Ilmuwan berhipotesis bahwa kekebalan ini muncul karena infeksi sebelumnya yang berhubungan dengan virus penyebab infeksi saluran pernapasan, khususnya virus yang menyebabkan flu biasa.
Dalam studi terbaru, para peneliti menganalisis sampel darah yang dikumpulkan orang-orang antara tahun 2015 hingga 2018, jauh sebelum Covid-19 pertama kali dikonfirmasi di Wuhan, China. Sampel darah ini mengandung sel T yang bereaksi terhadap lebih dari 100 virus spesifik seperti SARS-CoV-2.
Para peneliti menunjukkan, sel T ini juga bereaksi terhadap empat jenis virus corona yang berbeda, termasuk yang menyebabkan infeksi flu biasa. “Studi ini memberi bukti molekuler langsung yang sangat kuat, bahwa memori sel T dapat ‘melihat’ virus yang sangat mirip, antara virus corona penyebab flu biasa dan penyebab Covid-19,” kata Sette.
Selain mengikat protein spike, sel T juga mengenali protein virus lain di luar spike. Saat ini, sebagian besar kandidat vaksin Covid-19 menargetkan protein spike yang merupakan pintu masuk virus ke tubuh manusia. Namun, temuan terbaru menunjukkan bahwa memasukkan protein lain dalam vaksin, selain protein spike, mungkin memanfaatkan reaktivitas silang sel T akan berpotensi meningkatkan potensi vaksin.
Kendati demikian, diperlukan lebih banyak penelitian untuk menunjukkan hal ini. Para penulis mencatat, temuan mereka tentang reaktivitas silang dengan sel T berbeda dari apa yang telah dilihat dengan antibodi penetral – senjata lain dari sistem kekebalan yang menghalangi patogen menginfeksi sel. Menurut penelitian sebelumnya, antibodi penawar terhadap virus flu biasa adalah spesifik untuk virus tersebut dan tidak menunjukkan reaktivitas silang dengan SARS-CoV-2.